Simulasi menjadi alat pembelajaran yang sangat krusial dalam mata kuliah Optik karena mampu menjembatani jurang antara teori dan realitas, terutama untuk konsep-konsep yang bersifat abstrak seperti propagasi gelombang cahaya, interferensi, dan difraksi. Melalui simulasi berbasis teknologi, calon guru dapat memvisualisasikan fenomena ini secara real-time, seperti mengamati bagaimana pola interferensi Young berubah saat panjang gelombang dimanipulasi, sehingga memberikan pemahaman konseptual yang lebih intuitif dibandingkan hanya mempelajari persamaan. Lebih jauh lagi, simulasi memungkinkan eksperimen virtual tanpa batas, di mana calon guru dapat memanipulasi variabel-variabel kunci (seperti indeks bias atau radius kelengkungan) dan langsung menganalisis dampaknya. Kemampuan untuk merumuskan hipotesis, menguji variabel, dan menganalisis hasil secara sistematis ini secara efektif mengasah kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah mereka. Terakhir, dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti Python untuk memodelkan fenomena optik, calon guru dipaksa untuk benar-benar memahami dan mengaplikasikan hukum fisika (seperti Hukum Snellius) ke dalam kode, yang merupakan tingkat penguasaan konsep yang mendalam dan esensial untuk mengintegrasikan mata pelajaran Optik dengan aplikasi teknologi modern seperti serat optik dan Lidar di kelas masa depan.
